Olah Bathin

Tan samar pamoring sukma, Sinukmanya winahya ing ngasepi, Sinimpen telenging kalbu, Pambukaning warana, Tarlen saking liyep layaping ngaluyup, Pindha pesating supena, Sumusiping rasa jati.

Tidak bingung kepada perpaduan sukma, Diresapkan dan dihayati di kala sepi, Disimpan di dalam hati, Pembuka tirai itu, Tak lain antar sadar dan tidak, Bagai kilasan mimpi, menyusup rasa yang sejati
[Sinom, Serat Wedhatama]

---oOo---

Di jaman edan seperti sekarang ini, banyak dari kita telah dikendalikan oleh keinginan yang bagai laut tanpa batas, keinginan yang tak terpuaskan akan kekuasaan dan kepemilikan. Kita konon mahluk sempurna, bahkan malaikat sekalipun ”hormat” kepada kita. Manusia diberkahi hingga bisa lebih tinggi dari binatang, yang hanya mengingat ”perut”-nya saja. Tetapi celaka, akibat keinginan, terkadang kita berperilaku lebih rendah dan lebih bodoh dari binatang. Dalam usaha yang sia-sia memenuhi hawa nafsu, kita makin menyimpang jauh dari kedamaian dalam diri dan kebahagiaan mental. Walau berada di lingkungan material yang menyenangkan, banyak orang mengalami ketidak puasan, rasa takut, khawatir dan tidak aman. Sejatinya, ada yang hilang dalam hati kita, apakah itu ? Yang hilang adalah ”rasa” spiritual.

Kita harus jelas memahami, bahwa diri kita terdiri dari komponen jiwa dan raga. Kebutuhan kita tidak hanya dapat dipenuhi hanya lewat pemenuhan material. Material diperlukan demi kenyamanan raga, tetapi pemenuhan materi saja, tidak memberikan kenyamanan mental. Karena itu, ”olah bathin” menjadi sangatlah relevan. Jika agama tidak berarti banyak dalam hidup kita sehari-hari, kita memang perlu meninggalkannya. Tetapi saya pribadi tetap percaya, bahwa agama sesungguhnya memberikan keuntungan yang sangat besar. Setiap agama dilengkapi filosofi sendiri, antar agama mengandung kemiripan, sekaligus perbedaan yang luas.


Yang penting adalah, mana yang sesuai untuk setiap individu. Peran penting agama-agama adalah kebangkitan welas asih. Seluruh agama menyadari kepentingan welas asih dan mempunyai potensi untuk meningkatkan dan memperkuat welas asih dan harmoni. Mengingat kesamaan mendasar ini, maka sudah semestinya timbul rasa memahami satu sama lain dan dapat bekerja sama. Saya juga percaya bahwa kualitas seperti welas asih dan sifat mengampuni adalah kualitas manusia mendasar dan karenanya sangat penting, sekalipun tanpa kepercayaan religius.

Kita perlu membedakan dua istilah penting, agama dan “olah bathin”. Kata agama mempunyai banyak arti, khususnya ia mengimplikasikan perhatian pada nilai suci dan utama dari hidup. Istilah olah bathin, mengacu pada pengalaman langsung atas hal-hal suci. Praktik-praktik olah bathin dapat membantu kita mengalami sang suci – yang paling memusat dan esensial bagi hidup kita – untuk diri kita sendiri.

Tujuan utama olah bathin adalah kebangkitan, yaitu untuk mengetahui siapa diri sejati kita dan bagaimana hubungan kita dengan sang suci. Akan tetapi, praktek spiritual juga menawarkan banyak sekali hadiah lain di sepanjang jalan. Selama ribuan tahun, para leluhur telah menyanyikan tembang-tembang pujian dari banyak keuntungan yang mengalir ke kehidupan praktisi saat mereka berjalan di sepanjang jalan spiritual. Secara berangsur-angsur, hati mulai terbuka, takut dan marah mencair, keserakahan dan iri hati berkurang, kebahagian dan kesenangan mulai tumbuh, cinta berbunga, kedamaian menggantikan kekerasan, kepedulian akan orang lain bermekaran, kebijaksanaan semakin matang, dan baik kesehatan fisik dan psikologis meningkat.

Pengamatan pertama dari empat yang ada dalam olah bathin adalah tan samar pamoring sukma. Terdapat dua dunia realitas, yang pertama adalah dunia sehari-hari yang kita kenal, dunia obyek fisik dan mahluk hidup. Ini adalah dunia yang dapat kita masuki lewat penglihatan dan suara dan dipelajari oleh ilmu pengetahuan seperti fisika dan biologi.

Tetapi di bawah fenomena yang tidak asing ini, terbentang dunia bathin yang jauh lebih tak kentara dan dalam : dunia kesadaran, jiwa atau pikiran. Dunia bathin ini, tidak bisa diketahui lewat indera fisik dan hanya dikenal secara tidak langsung lewat instrumen fisik ilmu pengetahuan. Lebih jauh lagi, dunia bathin menciptakan dan merangkul dunia fisik dan sumbernya. Bathin ini tidak terbatas oleh ruang atau waktu atau hukum fisik, karena ia menciptakan ruang, waktu, dan hukum fisik dan karennya tidak terikat dan tak terbatas, tak mengenal waktu dan bersifat abadi.

Karena luas dan dalamnya, karena perannya untuk menyimbangkan jiwa dan raga, kenapa kita tidak mulai mengarungui ilmu olah bathin ?

Salam hangat,

Ki Jero Martani

1 komentar:

gus ton mengatakan...

Gemblengan:081567662467