A r w a h – ada tapi tiada, tak ada tapi dapat dirasa

A r w a h – ada tapi tiada, tak ada tapi dapat dirasa magnify

Awignamastu

Duk tan hana paran paran anrawang anruwung. Ketika alam semesta jagad raya ini belum diciptakan, keadaan jagat raya tidak menentu. Demikianlah sebuah kalimat yang tertuang di dalam lontar buana kosa, buku sastra nusantara, tentang penciptaan dunia. Lalu sang kuasa mengheningkan cipta, membangun tapa. Setelah membangun tapa, beliau menyusun ”rta” atau hukum-hukum alam semesta, setelah menyusun rta beliau menetapkan swadharma, setelah itu baru triloka – alam bhur atau jasmani, alam bwah atau alam ruh, swah atau alam illahi - ini diciptakan.

Bicara tentang proses penciptaan jagad raya, diumpamakan sebagai sekumpulan tuna netra yang hendak memahami seekor gajah. Bagi yang kebetulan meraba ekornya, dikatakan gajah itu laksana tali. Yang kebagian kakinya, menganggap gajah laksana pohon. Dan yang meraba daun telinganya, mungkin menganggap gajah itu seperti kipas. Tapi ada persamaan di antara semua catatan tentang penciptaan dunia yang ditulis oleh para bijak. Persamaannya adalah, dunia diciptakan melalui suatu proses, ada upaya sistematis, dan tidak serta merta ada. Dalam tulisan ini, saya tidak ingin memulai diskusi tentang penciptaan dunia terkait dengan masalah keagamaan. Tetapi hanya ingin membuat kajian pribadi, terhadap apa yang tertulis di kitab kuno nusantara, dengan ilmu-ilmu modern.

Proyek adalah suatu usaha temporer yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu – a temporary endeavor undertaken to accomplish unique purpose. Proyek terjadi biasanya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : (1) karena adanya masalah, (2) karena adanya peluang atau karena (3) adanya arahan tertentu.

Contoh, pembangunan sistem inventory berbasis komputer, diinisiasi mungkin karena adanya permasalahan yang berlarut-larut dalam penanganan persediaan. Atau account receivable di perusahaan pengelola mall, diinisiasi karena adanya permasalahan dalam penagihan sewa ruang oleh tenant, pencatatan pemakaian listrik, air dan gas, atau mungkin adanya permasalahan pembayaran sewa, akibat perubahan nilai tukar yang sangat tajam ketika krisis moneter di awal reformasi. Artinya, sebuah proyek pembangunan sistem, diinisiasi karena adanya permasalahan atau “kekacauan” yang harus diselesaikan – duk tan hana paran-paran anrawang-anruwung, bisa kita interpretasikan, ketika sistem belum dibangun, kekacauan atau keadaan tidak menentu yang dihadapi.

Lalu dikatakan oleh buana kosa, Sang Pencipta membangun tapa dengan mengheningkan cipta, mengosongkan pikiran, menyatukan cipta, rasa dan karsa. Kosong atau hampa bisa menjadi kekuatan yang sangat hebat. Ruang hampa, dapat menyedot benda-benda alam sekitar ke dalam dirinya. Kemampuan mengosongkan pikiran, sehingga mampu mendengar, menyerap dan mengerti harapan dan keinginan stakeholder, adalah kewajiban seorang system analyst. Perilaku ”hening” yang mampu menyerap informasi selengkap-lengkapnya dari seluruh stakeholder sistem, sangat diperlukan pada tahap requirement analyis – analisis kebutuhan. Kemampuan ”mendengar” dan ”membaca” adalah hal penting yang harus dimiliki oleh seorang system analyst.

Bersamaan dengan menyatukan cipta, rasa dan karsa, Sang Pencipta, membangun tapa. Tapa bukan diartikan pergi ke tempat sepi, atau seperti di sinetron laga, pergi ke hutan belantara. Tapa pada hakikatnya adalah kegiatan perenungan, konsentrasi, menyusun rancangan untuk mencapai meraih tujuan tertentu. Setelah memahami need dan expectation dari stakeholder kunci, seorang system analyst mulai menyusun rancangan global untuk solusi yang dikehendaki. Dari daftar kebutuhan dan harapan, disusun lingkup proyek, langkah-langkah untuk mencapai lingkup tersebut beserta perkiraan waktu yang dibutuhkan, dan terakhir sumber daya apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap langkah yang telah ditetapkan.

Sistem perangkat lunak komputer, laksana arwah. Dia ada, tetapi tak dapat diraba secara fisik. Tanpa bentuk, tapi dia menggerakkan sesuatu dan dirasakan keberadaannya. Sebagai sang pencipta sistem, seorang system analyst, harus mampu membuat yang tak nyata menjadi nyata. Dalam ber”tapa” Sang Pencipta memikirkan tentang EFEKTIFITAS atau hal-hal apa yang ada dalam proses yang harus disediakan secara tepat waktu, benar, konsisten dan disajikan secara pantas. Lalu dipertimbangkan pula EFISIENSI sistem, KEAMANAN atmosfir bumi terhadap ”serangan” dari meteor-meteor ruang angkasa. INTEGRITAS yang terkait dengan akurasi dan kelengkapan informasi, KETERSEDIAAN, kepantasan dan KESESUAIAN serta KEANDALAN dari output yang dihasilkan dari subsistem penunjang.

Dengan mengacu pada kerangka efektifitas, efisiensi, keamanan, integritas, kelengkapan, ketersediaan, kesesuaian dan keandalan maka kegiatan tapa akan menghasilkan rancangan global dari sistem ”arwah” sistem perangkat lunak yang dikehendaki. Di ilmu-ilmu system engineering, kegiatan ’tapa’ ini menghasilkan data flow diagram, entitity relationship diagram, use-case diagram, network topology dan lain-lain. Pada saat tapa ini juga ditetapkan methodology penciptaan, apakah meniru air terjun (waterfall model) atau perbaikan berkesinambungan laksana spiral (spiral model).

Dalam tapa, sang pencipta harus sudah menyusun ”rta” atau hukum-hukum dari pada sistem. Kalau pada system account receivable atau pengelolaan piutang untuk sebuah super mall – dimulai dari data kontrak sewa dari tenant, lalu dibuat invoice oleh bagian tagihan. Tagihan untuk ratusan tenant itu dipisahkan per lantai, dan diserahkan pada bagian collection, lalu staff collection mendistribusi tagihan bulan ini yang terdiri dari sewa ruang, listrik, air dan gas kepada tenant. Lalu tenant datang ke bagian kasir untuk membayar tagihan, lalu dari kasir sistem langsung connect ke bagian pencetakan kuitansi dan faktur pajak, lalu semuanya itu dicatat dan masuk ke sistem general ledger. Kalau ada selisih atau penyesuaian pembayaran, ada prosedur Credit Memo atau Adjusment. Semua ini harus disusun menjadi aturan yang tertulis yang biasa disebut Standard Operating Procedure. SOP inilah yang menjadi aturan, hukum atau ”rta” dari suatu sistem.

Untuk melaksanakan SOP yang ditetapkan, tentu disusun struktur organisasi terkait dengan kompentensi yang dibutuhkan. Lalu disusun job description untuk masing-masing pekerjaan. Kalau di kitab kuno disebutkan, ada batara agni penguasa api, bayu penguasa angin, kuwera untuk kesejahteraan atau Indra sebagai dewa hujan. Semuanya memiliki swadharma - tugas dan kewenangan – sendiri-sendiri. Pembangunan SOP ini, dalam system engineering sudah termasuk ke dalam detail design. Selain SOP untuk application system, dalam detail design ini juga harus diperhatikan rancangan rinci basis data yang akan dibangun - field yang akan dicatat, field membentuk record, record menjadi file dan didefinisikan relationship antar file sehingga terbangun suatu basis data.

Orang yang akan mengoperasikan sistem juga perlu diperhatikan. Siapa yang akan menjadi system administrator, system analyst untuk memelihara sistem, siapa yang berperan sebagai programmer dan user pemakia sistem. Lalu teknologi yang akan menunjang sistem juga perlu diperhatikan. Apakah sistem akan dibuat berbasis internet, client server atau hanya standalone saja. Tak dilupakan juga infrastruktur penunjang, seperti data center, fasilitas internet atau intranetnya, application server, data server atau internet service provider yang memenuhi syarat untuk dijalankannya system.

Jadi kelima hal yakni fasilitas, teknologi, data, application dan orang, perlu diperhatikan dalam menyusun suatu perencanaan detail. Seluruh catatan-catatan tersebut harus tertuang di dalam IT Strategic Plan, Information Architecture, Technology Direction, sampai dengan IT Project Management Plan. Inilah kegiatan penciptaan pertama, yakni “mental creation” – menciptakan sesuatu secara mental – menulis apa yang akan dikerjakan.

Lalu berikutnya, sang pencipta mulai menciptakan sistem jagad raya, mengacu pada hasil “mental creation” - tahap hening, tapa, susun “rta” – hukum-hukum, lalu penetapan swadharma. Kalau dianalogikan dengan system engineering, maka sang pencipta sistem, sudah melewati tahap requirement analysis, global design dan detail design. Tapi jangan lupa, ada methodologi implementasi yang berbeda. Apakah mengejar kesempurnaan dalam tiap tahap seperti waterfall model, atau memilih spiral model seperti microsoft solution framework, dimana mengacu pada prinsip - build while planning, plan while building.

Hasil mental creation dijadikan panduan dalam menyusun perencanaan dan pengorganisasian, serta eksekusi rencana proyek. Berbagai sumber daya yang diperlukan untuk membangun dipersiapkan dan diadakan untuk implementasi rencana. Ketika eksekusi dilaksanakan maka perlahan-perlahan berbagai produk proyek mulai dihasilkan. Produk barang atau jasa itu diberikan support untuk dapat berfungsi sesuai dengan tugasnya. Segala apa yang diciptakan itu perlu di monitor apakah keberadaan serta manfaatnya sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Parameter-parameter efektifitas, efisiensi, keamanan, integritas, ketersediaan, kesesuaian, keandalan dari informasi perlu diukur dengan seksama pada saat kegiatan monitoring tersebut.

Dan kelengkapan dari data, sistem aplikasi, teknologi, fasilitas pendukung dan orang-orang yang terlibat dalam operasional sistem sudah harus siap pada saat masuk ke dalam fase operasional dari pada sistem itu sendiri.

Rekan-rekan pengguna mailing list,

Cerita-cerita jaman dulu ternyata mengandung mutiara-mutiara yang dapat kita resapi dan dapat membantu kita dalam melaksanakan tugas dalam profesi kita. Tahapan : duk tan hana paran-paran, hening, membangun tapa, menyusun rta dan menetapkan swadharma – secara filosofis sangat mirip dengan langkah-langkah yang tertuang dalam buku Software Engineering – A Practitioner’s Approach yang dikarang oleh Roger S. Pressman ataupun yang tersusun dalam panduan Cobit yang disusun oleh IT Governance Institute. Walaupun kelemahannya adalah, kitab buana kosa yang merupakan kekayaan budaya timur, tidak menguraikan secara rinci tahapan-tahapan yang ada, seperti yang tersusun dalam buku Software Engineering yang merupakan produk budaya barat.

Alangkah indahnya kalau kita mampu, mengisi ilmu barat yang sistematis dengan ruh budaya timur. Dan melengkapi produk filosofis budaya timur, dengan sistematika untuk mencapai tujuan yang diciptakan oleh budaya barat.

Kalau perpaduan ini tercipta ... alangkah bahagia warga tanah Nusantara ... mampu memadukan secara harmonis kemampuan intelektual, kekayaan emosi dan kedalaman spiritual – in harmonia progressio – art, science and technology.

Jayalah Indonesia, bangun kembali jati diri tanah Nusantara.

Semoga bermanfaat.

Salam hormat,

Ki Jero Martani

1 komentar:

mouh sound mengatakan...

soemoga bangsa kita lekas siuman, bahwa nenek moyang kita telah meninggalkan warisan yang luar biasa, dan kita memang bangsa yang luar biasa, dahulukala...